Aku pohon yang tumbuh diantara tandusnya daratan, dimana ia hidup dan dibangkitkan oleh cahaya matahari serta disejukkan oleh sinar rembulan. Begitulah langkah-langkah cinta yang kulalui di halaman hari. Akulah pohon yang hanya hadir unuk sementara di atas bumi berasal dari setiap biji yang di jatuhkan oleh musim gugur ke dalam hati bumi yang telah mengalami penderitaan tubuh dan jiwa. Di dorong oleh perasaan yang kuat, aku memiliki kata-kata untuk dikatakan, semua yang bisa kulihat, kudengar, kusentuh dan kupikirkan di atas alam ini benar-benar ada disini di dalam hatiku. Walaupun seperti itu, aku merasa menemukan diriku sendiri sebagai orang asing di semua tempat dan kadang-kadang aku pun merasa orang asing bagi diriku sendiri. Melalui kata-kata kecil dengan bisikan penuh harap yang hampir tak terdengar aku menyampaikan rasaku dan akan mengetuk pintu-pintu hati dengan tangan keyakinan.
Matahari yang lahir dalam dada Tuhan selalu membangkitkan gairah hidupku, menghangatkanku kala salju kehidupan menyelimutiku, walaupun sesekali sinarnya terkadang membakar dan menghanguskan hatiku dialah cahaya yang menerangi jalanku menuju kehidupan dari kegelapanku yang menyakitkan akan tetapi saat matahari tak mampu lagi berenang di samudra langit maka ia akan tenggelam di dalam pusara waktu serta akan tergantikan oleh bulan, ketika penglihatan lemah untuk melihat kegelapan dan kejauhan, bulan yang bagaikan bidadari dari lembah pun datang menyapaku dan terkadang mencoba membekukanku.
Ketahuilah matahari dan bulanku, aku pohon ini takkan mampu bertahan di lembaran hari tanpamu, daun perasaanku akan cepat mengering, ranting-ranting jiwaku akan kurus, dan akar hatiku pun akan membusuk di jantung padang pasir serta alam menangisiku dengan air hujannya jika tak lagi bersamamu. Dengan gerakan pikiran, aku pohon ini mencoba menutup mataku untuk melihat segala hal melalui kedalaman batinku mencari rahasia-rahasia jiwamu yang tersembunyi. Telinga jiwaku akan mendengar apa yang tidak kamu katakan dan mata hatiku akan melihat apa yang tidak kamu lakukan, aku merasa ada suatu janji antara jiwaku dan tubuhmu. Kalian telah berbaik hati padaku dimana wajah matahari yang selalu tersenyum padaku serta mengisi jiwa-jiwaku dengan keharuman hidupnya dan juga membawa cahaya kedalam hati mahluk hidup lainnya. Engkau bagaikan permata yang gemerlapan di atas daun-daun penuh warna dari semua bunga.
Bulan dalam dekapan kegelapan malam, engkau telah menerangi kegelapan hatiku, matamu yang tajam memancarkan seribu kearifan dan seolah menembus jantungku dengan keindahanmu, engkau bagai serpihan perak dari samudra langit malam yang jatuh dari tenda biru langit, aku pun melihat di dalam hatimu ada cahaya sejati dari Tuhan. Pada musim semi kehidupan melalui maknamu yang tersembunyi dan arti pentingmu yang dashyat, dengan sebuah teriakan hampa, engkau telah menguasai mimpi-mimpiku, menguasai pikiran-pikiranku dan menggoda hatiku.
Diriku telah lama mendayung di padang waktu, kini daun rambutku telah menguning, ranting-rantingku pun telah mengkerut, dan akar kakiku tak mampu lagi mencari tetesan air kehidupan. Tibalah waktuku untuk memilih dengan siapa aku akan menjalani sisa nafasku.
Sesungguhnya aku ingin merasakan cahayamu secara bersamaan, tapi itu takkan pernah terjadi karena bulan dan matahari takkan pernah bersatu.
Suatu saat aku akan menemukan diriku sendiri dalam kehadiranmu. Waktulah yang akan menjawab pertanyaan dalam hatimu.
Original created By : Revan aditya
Sabtu, 06 Februari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar