Senin, 28 September 2009

PELACUR HATI

Langit yang engkau ingin guncangkan kini telah melemparmu keluar hingga jatuh dari awan putih menuju kegelapan bumi, jiwamu kini bagai pasir yang tak berbentuk, hatimu bagai air tanpa rasa, tubuhmu pun kini telah menjadi sampah dari kotoran-kotoran kehidupan.
Dahulu engkau merasa memiliki ladang hati, dimana saat panen buah-buah cinta selalu engkau petik dan selalu engkau hisap sampai menguap serta tak memperdulikan orang yang mencoba menanam dan menumbuhkan rasa-rasa itu hingga berbuah menjadi cinta, begitu seenaknya engkau memetik serta merampasnya dari aku dan mereka.
Disetiap lekukan hatimu kini tertera harga-harga yang dapat dibeli oleh manusia-manusia penjilat rasa, keindahanmu pun lebih suram dari pohon-pohon angker di neraka. Bau busuk dari bangkai-bangkai buah-buah cinta yang dulu engkau nikmati hingga mati itu akan menusuk-nusuk hidungmu hingga engkau mati tercekik oleh udara.
Engkau dahulu tertawa terbahak-bahak hingga batuk saat menginjakku engkau pun masih tega menendangku. Air perasaanku pun membanjiri sungai hatiku saat mengetahui rasa itu bukan hanya untukku, tapi buat dia dan mereka. Begitu banyak rasaku yang telah engkau kuras dari sumur jiwaku yang kini telah mengering demi terpuasnya ambisimu menghancurkan sarang pecinta. Kini aku, dia, mereka bahkan mungkin penghuni neraka pun telah mengetahui kisahmu yang amat sangat menyedihkan tetapi sesungguhnya membuat kami tertawa.
Duhai pelacur hati mengapa engkau masih menggangguku, bukankah engkau bahagia karena lebih memilih langit dibanding tanah yang sesungguhnya jika engkau sadar bahwa jika terpeleset sedikit saja maka engkau akan jatuh dari ketinggian serta akan membuatmu merasakan perih jiwa dan raga yang berlipat ganda.
Ribuan mata telah kupasang di dinding waktu untuk melihat langkahmu, tak kusangka angin pun kini dapat merobek-robek kulitmu. Engkau bagai pohon-pohon tumbang yang lemah karena rayap-rayap penjilat telah menggerogotimu.
Aku dan mereka mencoba memandangmu dengan kedua mata tetapi ternyata hanya sebelah mataku yang mampu melihatmu. Engkau mencoba menghibur hatimu dengan berkata,”aku tak peduli apa kata mereka” yang sesungguhnya hatimu berkata “mengapa mereka begitu padaku”.
Pelacur hati, engkau memandang cinta akan tumbuh dengan kilauan cahaya harta yang akhirnya membuatku ingin menancapkan jarum harta itu dibibir busukmu agar engkau telan. Manusia-manusia penjilat rasa itu hanya akan mengambil sisa-sisa madumu untuk mengisi waktu mereka dan setelah itu akan membuangmu lagi ke tong sampah kehidupan.
Matahari telah berganti bulan, kekejaman rasa yang dahulu engkau persembahkan kepada aku dan mereka kini memantul melalui cermin waktu menuju jantung kehidupanmu serta engkau akan sekarat dengan jutaan luka perasaan. Hujan kata-kata yang engkau jatuhkan dahulu telah meretakkan atap perasaanku dan sayatan lidahmu membuat cacat hatiku.
Kini sebelum engkau binasa dibakar waktu dan dirobek-robek angin aku mohon jangan mengusik tenangnya danau kehidupanku dan mereka karena aku bukan boneka yang dapat engkau kendalikan dengan tangan-tangan perasaanmu.


< August, 25-08-09 >
Original Created By : Revan Aditya

Tidak ada komentar: