Aku bagai lilin yang di cabut sumbunya olehmu, walau aku masih dapat berdiri tapi aku tak lagi bersinar karenamu. Engkau dahulu menghidupkanku tapi kini menghancurkanku dan masih tega menginjak-injakku. Dahulu saat aku mau pergi, engkau menarikku jauh ke dalam jurang hatimu hingga aku tak dapat lagi keluar dari lubang yang engkau buat. Kini engkau menarikku lagi ke lubang yang sama tapi sebelum engkau menarikku, engkau telah mengisi lubang itu dengan ribuan pecahan luka hati yang akhirnya membuatku terluka pula. Engkau adalah mahluk yang bertangan sutera tapi berhati besi, berwajah malaikat tapi berjiwa iblis, kata semanis madu tapi rasa sepahit empedu. Mulutmu meracuniku, membuat sekujur tubuhku kaku bagai batu. Engkau adalah kebusukan tak tercium yang tercipta dari kotoran kehidupan, engkau adalah kematian yang tak terasa. Engkau adalah kegelapan yang berjubah keindahan.
Mata-mata yang muncul di jendela langit kini tak pernah berkedip menatap deritaku, mulut-mulut angin tak pernah berhenti untuk menyejukkan bara hatiku, telinga-telinga waktu tak pernah mau melewatkan curahan perih jiwaku, aku berada di tengah-tengah kematian dan kehidupan karena kelakuannya, mati atau hidupkah aku, tubuhku beku tapi jantungku utuh.
Dahulu malaikat itu memohon padaku waktu dan aku memberinya waktu. Apakah ketika waktu itu ku minta lagi, malaikat itu akan memberiku waktu pula.
Malaikat itu kini menampakkan wujud asli dirinya, malaikat yang ternyata jelmaan dari kegelapan yang kusangka keindahan. Di telah mengiris luka di tubuhku yang perlahan pasti akan membunuhku. Malaikat yang kuharapkan menjadi penuntun dan penjaga hatiku tapi justru menggelapkan langkahku, mengaburkan mimpiku, yang tega mendorongku kedalam jurang kehancuran, menjerumuskanku ke lubang derita, meninggalkanku di ruang kehampaan dan membuatku terperosok dalam kegelapan.
Malaikat yang seharusnya tercipta dari cahaya bahagia, kapankah engkau akan mengembalikan sumbu yang telah kau cabut dari lilin yang ada di kedalaman laut jiwaku. Tanpa sumbu itu hidupku hanya akan menjadi lilin yang tak hidup dan tak mati, yang tak pernah dapat bersinar lagi.
ENGKAU TELAH MENENGGELAMKANKU DI DARATAN SAMUDRA TANPA RASA
Original Created By : Revan Aditya
Selasa, 12 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar