Kemarin aku datang bukan untuk mengecewakan hati tetapi datang untuk menawan hati. Tak kusangka sebaliknya yang datang menyapaku, aku hancur seperti kaca tertipis yang dijatuhkan dari gedung yang tertinggi. Demikianlah cinta mengejekku, memperolok diriku dan menghancurkan harapanku yaitu gabungan suatu kesalahan dan kerinduan seseorang yang dipandang rendah.
Katakan padaku yang engkau inginkan dan esok akan menghakimimu dan kata-katamu akan menjadi saksi dihadapan peradilan-Nya. Ambilah apa yang engkau inginkan dariku tetapi jangan engkau rampas kecuali bagianmu yang telah ditentukan. Lakukanlah terhadapku apa yang engkau inginkan karena engkau kuasa menyentuhku. Tumpahkan darah dan bakarlah jasadku namun engkau takkan bisa melukai jiwaku atau membinasakannya. Belenggulah tangan kakiku namun engkau takkan mungkin memenjarakan pikiranku. Kulihat adam dalam pengaruh hawa dan memperbudaknya begitulah kisahku.
Aku tegak sendirian dalam perkabungan, mendesah di kesunyian seraya mendengar suara hati, aku disia-siakan dan dilemahkan cinta lantaran memburumu, dahulu hatiku berkuasa kini abdimu, dahulu kesabaranku laksana selimut hangat kini dia penyiksaku. Tiap hari ini menjadi bebanku, dirimu menyusahkanku dengan cinta, engkau dan cinta laksana kekuatan tunggal sedangkan diriku dan benda berbagi kelemahan.
Diriku dan kemalangan ada dijurang dalam. Kini tiada yang tersisa padaku selain engkau karena telah Kuingkari diriku dan meninggalkan keriaan hidup. Apalagikah yang engkau inginkan atau panggillah Sang Maut dan bebaskan diriku dari penjara hakikatMu. Lihatlah diriku kini seorang tawanan kerinduan. Aku berkata kematian lebih manis bagiku karena telah kudengar keluhan mereka dalam hasrat kerinduan. Datanglah wahai kematian dan bebaskan diriku karena bumi yang berduri mencekik bunga. Aku ingin cinta yang menguatkan bukan cinta yang melemahkan.
Kemarin aku langkahkan kaki, meninggalkan mimpi-mimpiku karena diantara kita tak ada lagi cinta yang menyatukan kita. Hari ini aku meninggalkan pula semua anganku yang selalu ingin bersamamu di taman langit dan aku sekarang hanya bisa terdiam pada waktu yang bertanya kapankah cinta kita akan menjadi nyata.
Panasnya matahari saat ini menjamah hatiku, membuat hatiku mengering dan tak ada lagi kehidupan, sekarang datang kemarau yang menerpa hati.
Oh alam raya berserta para penghuni-penghuninya, aku ingin mengutarakan semua hasratku, aku ingin berkata, aku telah di mabuk cinta karena aku meminumnya melewati batas bibirku hingga ia pun mengalir keluar menelusuri pori-pori kulitku menuju ke dadaku menembus tulangku dan membeku di hatiku tetapi aku terluka olehnya karena aku tak mampu menundukkan, menaklukkan dan mengendalikannya hingga ia pun mengoyak serta merobek hatiku untuk keluar kembali ke alamnya dan pindah untuk bergentayangan dan menyakiti hati-hati suci yang lain.
Kekasihku yang di ujung langit sana, desah nafasku yang lemah ini ingin bertanya padamu, apakah hangatnya matahari disampingmu takkan mampu mencairkan kebekuan hatimu, apakah kedinginan malam adalah teman setiamu. Apakah saat melihatku jantungmu berdetak, mungkin semua sudah terlambat meski kita menangiskan banyak airmata takkan dapat mengembalikan apa-apa. Tetapi apapun yang kukatakan janganlah menoleh atau berbalik dan jangan lepaskan tangan orang yang engkau cintai, berlarilah ke setiap pelosok dunia untuk menggapainya.
Original created By : Revan aditya
Sabtu, 06 Februari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
teh keren... eh sis follow balik dong ya.. thx :)
teh keren... eh sis follow balik dong ya.. thx :)
Posting Komentar