Kamis, 11 Februari 2010
STORY OF LIFE AND LOVE TRAGEDY << BOOKS OF KEMARAU MENERPA HATI >>
Sebuah kerinduan bertemu terhadap kekasih yang jauh dan kekasihnya tak yakin akan kekuatan sebuah cinta.
2. FOR MY LOVE
“Pemujaan“ terhadap sesosok wanita yang akhirnya mampu merubah hidupnya.
3. HIDUPKU ADALAH SEBUAH KISAH KESENGSARAAN
Merana karena diperbudak cinta dan kerinduan
4. KEMARAU MENERPA HATI
Kekecewaan terhadap kekasih yang memiliki hati yang membeku.
5. AKU POHON, BULAN DAN MATAHARI
Seseorang yang ingin merasakan dan memiliki dua cinta sejati dalam perjalanan usianya.
6. TEMBOK PENASARAN
Sebuah kisah tentang penasaran kepada seseorang yang dikenal tapi tak pernah Bertemu.
7. TERSELIMUTI MIMPI
Seseorang yang tak memiliki apa-apa, hanya mempunyai cinta dalam hidupnya tetapi selalu bermimpi dapat memiliki seseorang yang sempurna untuk melewati batas hidupnya
8. HARI TERMAKAN WAKTU
Seseorang yang tak mampu mengungkapkan rasa yang dia rasakan
9. RETAKAN HATI YANG TERTELAN BUMI
Cerita tentang kehidupan yang di akhiri oleh kematian
10. AKU TAK BISA MENUNGGU TERBITNYA MATAHARI
Penantian seseorang, tetapi dalam perjalanannya seseorang itu tak mampu lagi menunggu
11. BIDADARI (YANG TERLUPAKAN)
Seseorang mungkin akan berarti saat dia telah tiada dalam lingkaran waktu.
12. LILIN BERCAHAYA HITAM
Keterpurukan yang terjadi akibat perbuatan seseorang.
13. TRANSFORMASI HATI (KESADARAN YANG DI BAYAR MAHAL)
Peralihan sebuah hati yang mencinta menjadi benci karena adanya orang ketiga yang menghancurkan semuanya.
14. RASA TAK BERBENTUK (LUPA DARATAN)
Seseorang yang disilaukan oleh cahaya-cahaya semu dan melupakan siapa orang yang membuatnya berarti
15. PATUNG WAKTU
Menikmati sebuah kesendirian walaupun di dalam hati terkadang gelisah ingin menemukan cinta yang sejati
16. ROH PERASAAN
Begitu susahnya melupakan seseorang yang pernah melintasi dan berdiam di tanah hati
17. PELACUR HATI
Seseorang yang ingin menaklukkan semua rasa tapi akhirnya jatuh dalam lubang asa dan keterpurukan
18. DONGENG ANGIN
Sebuah kisah masa lalu yang akan menjadi dongeng saat dilindas oleh angin waktu
19. TERIAKAN KEKOSONGAN
Jeritan hati seseorang yang merasakan rasa tak terasa tetapi tetap berusaha untuk menemukan rasa yang penuh warna
20. MATA DAN HARI
Sebuah perjuangan hidup yang menyiksa, walaupun harus dihanguskan matahari dan dibekukan malam tetapi tak pernah menyerah untuk merobek-robek kehidupan demi menemukan kilauan cahaya masa depan yang terpendam di perut alam.
21. PEMAKAMAN JIWA
Kerinduan abadi yang tak berujung hingga di desah nafas terakhir.
22. API CEMBURU
Cemburu itu tanda cinta. (Next Release)
23. PEMASUNG HATI
Cinta yang melekat pada roh alam perasaan yang tak mampu terpudarkan oleh hujan, takkan dapat termakan waktu dan takkan bisa terhapuskan angin serta takkan hangus terbakar matahari. (Next Release)
24. DANAU AIRMATA
Penyesalan hidup yang tiada artinya karena waktu telah membakar kenyataan dan kini menjadi abu kehidupan. (Next Release)
25. PENGHIBUR HATI
Berjuang demi cinta dengan ribuan pengorbanan untuk menyentuh hatinya tapi tak sedikit pun orang tersebut merasakan hal yang sama.
26. PERASAAN PALSU
Perasaan cinta yang tenggelam dalam kepalsuan dan kehampaan.
Tulisan pertamaku adalah For My Life yang kubuat pada tahun 2001/2002. mulai saat itu hingga kini saya baru bisa menulis 26 judul, ini dikarenakan sulitnya mencari perbendaharaan kata dan alur cerita yang baru. Saya berharap apa yang telah kutulis ini dapat bermanfaat dan mewakili perasaan dari semua orang yang pernah merasakan sebuah rasa yang tak terlihat tetapi terasa luar biasa.
Terima kasih buat seluruh inspirasiku
PEMAKAMAN JIWA
Jutaan jarum kata-kata yang kau tancapkan di dinding pikiranku kini berkarat dan mengotori langkahku, semua kata-kata itu akan hangus di terbakar matahari bersama dengan cintaku yang tertutupi tanah kematian. Di saat deritamu kucoba hadir dengan kerinduan akan pertemuan hingga saat kesembuhanmu kini engkau hadir dengan kelupaan akan diriku. Engkau sibuk dengan wanginya cinta yang menyumbat hidungmu hingga membuatku tertidur lelap dalam mimpi keputusasaan.
Tangisanku akan meluapkan danau-danau airmata, serta akan melemahkan jalanku untuk mendaki gunung pertemuan. Kata-kata madu dari mulut hatimu yang melalui goa-goa tenggorakanmu membiusku hingga menembus dunia gaib yang dipenuhi cinta serta seakan memisahkan jasad dari rohku, engkau membuaiku hingga seakan mimpi lebih baik dari kenyataan walau aku tahu bahwa sebenarnya engkau telah menaruhku di dunia kepalsuan. Dengan harapan hampa tanpa henti aku pun berteriak dengan pilu, Jangan biarkan angin kepalsuan menerbangkan ucapanmu ke awan kebohongan.
Inilah perasaanku yang dimuntahkan hari, perasaan yang meletus membakar waktu, menghitamkan langit, dan medidihkan hujan. Disini aku terjepit diantara pintu-pintu kerinduan yang sebentar lagi akan menyumbat nafasku karenamu.
Di kubangan ini aku berdiam dengan harapan engkau akan menarikku dari lubang keputusasaan, disini aku terlelap bersama mimpi kepalsuan yang engkau beri. Engkau menutup mataku dengan ribuan kata-kata semu, engkau menyelimuti lembaran waktuku dengan janji-janji hingga semua itu melumpuhkan hatiku serta memadamkan lilin perasaanku. Sadarkah engkau sesungguhnya kini telah membunuh hatiku dengan jutaan tombak kerinduan abadi yang menghujam tepat di jantung hatiku dan membuat hatiku akan kekal terkubur di pemakaman jiwa.
Kini aku harus rela terbaring di pangkuan alam dan di tangisi hujan tanpa pernah melihatmu menjemputku dengan keindahan pesona semesta yang menyatu di wujudmu.
Original Created By : Revan Aditya 11-02-10
Sabtu, 06 Februari 2010
FOR MY LIFE
Sebenarnya aku tidak tahu apa yang aku tulis ini, aku hanya mencoba berikan jiwaku untuk terbang di atas kata-kata. Jiwaku yang di siksa oleh kesengsaraan dan disenangkan cinta yang memindahkan kesedihan dalam kebahagiaan dan kehampaan dalam kesenangan.
Terkadang aku melihat diriku terbangun dalam ketaksadaran, mendengar apa yang tak aku dengar, melihat apa yang tak aku lihat, merenungi apa yang tak aku pahami, tersadar untuk apa yang tak aku ketahui dan kudapati mimpi-mimpi telah membohongiku tetang hadirmu.
Dimanakah engkau kekasihku, jiwaku memanggilmu dari balik lautan ketakutan. Apakah engkau mendengar panggilanku dan kesedihanku dari seberang lautan. Apakah engkau melihat kelemahan dan kesengsaraanku, apakah engkau tahu kesabaran dan ketahananku, apakah tak ada jiwa di udara yang mampu mengantarkan nafas penderitaan seorang manusia yang sekarat dan membawa ratapan kekasih yang merindu.
Dimanakah engkau hidupku, kegelapan telah memelukku dan kesedihan membanjiriku. Engkau memberiku batas ujian yang begitu berat namun satu hal yang perlu engkau ketahui, cintaku untukmu tak sebatas kata yang terucap dari lidahku, cintaku padamu tak sebatas rasa dari dalam hatiku. Maukah engkau satu cabang denganku dalam tubuh kehidupan, Maukah engkau satu kata denganku dalam bibir Tuhan.
Ketika rahasia-rahasia menyusahkan hati, ketika mata-mata merah karena air mata yang panas dan aku dibutakan cinta yang pandangannya diselubungi oleh perpisahan. Wahai jiwa yang memikat tunggu aku sesaat, aku akan melihat wajahmu lihat aku sejenak mungkin aku melihat rahasia hati di matamu. Mungkin kupahami dari wajahmu semua hal yang tersembunyi dibalik jiwamu.
Cinta telah diciptakan untuk melemahkan kekuatan yang aku warisi dari adam dan aku yang lahir di dalam tubuh hawa tak akan beranjak sampai engkau mengatakan terus terang bahwa jiwaku adalah tujuan jiwamu sampai kau ungkap dalam hatiku kebohongan apa yang terpendam dalam hatimu. Tetapi dari tatapan matamu jiwaku memberitahuku tentang keraguan yang meliputi hatimu yaitu keraguan dalam cinta yang sulit bersatu dan dari tatapanmu itu mengungkapkan padaku kalau cintamu untukku itu timbul dari rasa kasihan walaupun sebenarnya bukan itu jawaban yang aku inginkan.
Cinta yang telah membuat jalan keras menjadi lunak dan membalikkan kegelapan menjadi cahaya. Apakah engkau tahu penyakit ini telah membuatku lemah, apakah engkau tak mendengar tangisan hatiku dan jeritan kalbuku, akankah aku temukan damai dengan perasaan jiwa yang remuk dalam badai namun tak membuatku patah, yang terguncang dalam prahara namun tak membuatku tumbang.
Apakah engkau akan selalu seperti bintang atau bulan yang hanya mampu kupandangi dari kejauhan, tetapi tak mampu untuk akau sentuh dan kumiliki, apakah engkau telalu tinggi untuk kuraih.
Aku mencintaimu melebihi dari diriku sendiri dan jika cinta tak mengembalikan engkau padaku dalam hidup ini, cinta akan menyatukan akau dengan engkau di kehidupan yang akan datang.
Dalam jiwa gelapku engkau adalah bintang yang bersinar, engkau berada dimana-mana karena engkau berasal dari jiwa Tuhan. Engkau ada di setiap waktu karena engkau lebih kuat dari takdir.
Akankah perpisahan sesaat ini akan menyatukan aku dengan engkau untuk selamanya dikemudian hari. Hanya waktu yang mungkin bisa menjawab semua itu.
Kini aku melihat dari belakang air mataku dan melihat takdirku terseret makin dekat hari demi hari. Apakah ia akan menuntunku dimana teman jiwaku menungguku.
Namun seperti juga takdir yang memenjarakan jiwa dalam tubuh, ini adalah takdir cinta yang membuatku bertahan dalam penantian dan karena manisnya cinta pulalah aku dapat menahan derita pahitnya kesengsaraan dan tersiksanya perpisahan.
Ini adalah jalan sulit yang aku lalui untuk mencapai puncak kebahagianku, ini adalah nasibku dalam kehidupan dimana hari-hari meremukkanku, ini adalah hidupku, hidupku yang harus kujalani. Ini adalah semua yang mampu aku ungkapkan dan aku katakan, sebab hatiku yakin untuk mencurahkan rahasia-rahasianya padamu. Jika aku kehilangan dirimu, aku mungkin tak akan bernafas lagi karena desah nafasku adalah dirimu. Aku akan bertekuk lutut dan bersujud dihadapan Tuhan, agar ia menakdirkan dirimu untuk menjadi milikku abadi.
Original created By : Revan aditya
MATA DAN HARI
Kemarin angin serasa mencambuk kehidupanku saat tak seorang pun mau menengok derita yang menusuk-nusuk jiwaku. Pencipta ragaku, bayangan hatiku maupun masa depanku tak pernah peduli dengan bau kehidupan yang menyumbat nafasku, lilitan tangan waktu mencekik-cekik leher nuraniku, pandangan gelap mencoba meracuni gerak-gerik tangan pikiranku. Aku ingin mengejar matahari agar sinarnya selalu menyinari langkahku walau aku tahu bahwa takkan mungkin sinar matahari terus menerangi langkah gelapku.
Mata-mata yang tertancap di dinding angin selalu menatapku dengan tajam seolah ingin merobek-robek tubuhku dengan pandangannya. Hari-hari pun semakin menyempitkan jalannya untuk kulalui. Seakan kini tak ada lagi nafas yang disisakan untuk kuhirup agar darahku terus mendidih memanaskan jantung kehidupanku yang beku kaku terkubur salju kehancuran. Kucoba menghempaskan kenyataan yang amat sangat begitu pahit yang menyumbat tenggorokanku untuk terus meneriaki mimpi-mimpi buram karena ketidakpastian. Aku ingin mewujudkan sebuah misteri dari sebuah asa yang dianggap rendah menjadi sebuah amarah luar biasa yang akan membinasakan ketakutan di ruang hampa yang akan meluluh lantakkan dunia keputusasaan.
Jari-jemari mentari telah menyentuh hati perawan bumi untuk membangkitkan roh alam yang tertidur oleh malam. Arwah kegelapan hari pun ternyata mencoba mencakar-cakar kulit keringku yang hangus termakan cahaya matahari. Tangan-tangan gaib neraka juga ingin memasung kaki kehidupanku dan ingin membuatku terbujur kaku oleh sayatan keputusasaan. Dia ingin mengugurkan sejuta harapan yang tergantung di atap langit impian.
Bau mulut para pencundang waktu yang hanya bisa berkata tapi tak pernah bergerak bagai patung waktu terus mencoba mencemari harumnya kehidupanku. Mereka menyiksa pikiranku dengan kata-kata busuk yang mencabik-cabik keberanianku menentang waktu. Teriakan waktu pun mencoba mengaburkan langkahku di bumi yang sempit tetapi semua itu takkan pernah mampu meruntuhkan semangat alam yang telah menancap di tembok ragaku.
Aku duduk di pangkuan alam yang selalu dipayungi awan hitam. Mulut-mulut busuk pecundang masih saja mengotori jalan waktuku dengan ludah-ludah omongan mereka. Batu-batu derita yang berat terus menimpuk wajah hariku dan terus menekan lukaku yang yang tak pernah mengering. Air terjun dari gunung-gunung kesunyian terus-menerus memaku diriku untuk berdiam di lubang kesesengsaraan yang di penuhi bayangan mimpi karena kita tak pernah berani bergerak untuk merampas impian itu dari rangkulan tubuh sang waktu. Jangan pernah terbuai oleh nikmatnya kenyamanan karena suatu saat waktu akan merubah semua itu menjadi kepahitan jika kita tak mampu menolak injakan waktu yang terus berlari tanpa henti.
Hari ini walaupun matahari itu telah tenggelam di lautan bumi karena tak pernah mampu berenang melintasi malam hingga akhirnya tak mampu lagi menyinari lompatanku mengarungi samudra waktu. Dengan teriakan tanpa henti aku pasti akan menerobos kegelapan karena diriku telah terbiasa hidup dan melihat dalam kegelapan serta aku tak mau menaruh kepalaku di bawah tangan harapan ketidakpastian. Aku adalah diriku, takkan ada yang mampu merubah diriku selain aku. Takkan pernah kugantungkan harapan, impian dan citaku untuk diwujudkan oleh siapapun selain diriku karena sesungguhnya itu adalah awal dari sebuah kesalahan yang pasti.
Mungkin ini adalah Sebuah perjuangan hidup menyiksa yang harus aku hadapi, walaupun harus dihanguskan matahari dan dibekukan malam tetapi aku takkan pernah menyerah untuk merobek-robek kehidupan demi menemukan kilauan cahaya masa depan yang terpendam di perut alam.
selama jam kehidupan masih didetakkan jantung, selama kelopak mata masih bisa terlipat, selama tubuh belum melepuh terbunuh waktu, yakinlah kita bisa meraih dan menggengam impian itu dalam rangkulan jiwa abadi.
Kesempatan akan datang berkali-kali kepada mereka yang mau belajar, berusaha dan berdoa.
Original created By : Revan aditya
TERIAKAN KEKOSONGAN
Dentuman teriakan kekosongan melubangi tembok-tembok hatiku. Begitu banyak jeritan jiwa-jiwa yang terjepit di dinding luka yang selalu mencoba bangkit dari injakan keterpurukan. Semua terjadi karena gemerincingan keping-keping cinta yang mentulikan kita, menyilaukan mata hingga buta, merubah pikiran hingga membodohi dan akhirnya hal yang mustahil pun bisa terjadi.
Detak-detik jantung kehidupanku terus mengaliri sungai waktu, sesosok bidadari yang terluka pun datang merobek-robek pikiranku dengan pesona alam yang tertanam di tubuhnya. Dia melukiskan wajahnya di kelopak mataku hingga terpejam pun aku masih melihatnya, dia mendobrak pintu-pintu pikiranku dengan senyumnya yang maha dahsyat. Aku pun berharap mampu menyentuh hatinya yang beku di hamaparan salju kehidupan. Berharap memiliki wujudnya walau hanya dalam panggung mimpi-mimpi. Aku bermimpi dalam hati, dia dapat melihat kedalaman cintaku padanya, yang sesungguhnya hatiku kini ada dalam genggamannya dan semoga dia mau mencoba mengobati perasaan lukanya dengan hatiku yang bersungguh-sungguh ingin menghabiskan batas kehidupan bersamanya.
Jubah-jubah angin menyelimuti ragaku di perut bumi. Aku ingin mempersembahkan untukmu sebuah cinta yang berasal dari pelukan alam yang ditanam dalam angin hingga saat angin berhembus maka engkau akan merasakan sejuknya cinta itu. Engkau menyiksa pikiranku dengan bayanganmu yang selalu menetes di biji mataku.
Jika hati itu batu, maka aku akan meneteskan air perasaan untuk melubangi hatimu yang membatu.
Original created By : Revan aditya
AKU TAK BISA MENUNGGU TERBITNYA MATAHARI
Hari yang lalu di padang harapan saat mencari setetes cinta yang tak pernah kutemukan bagai terik matahari yang dibawa oleh angin, yang sesekali menyejukkanku tetapi kemudian menghanguskanku. Aku merasa cinta ini membodohiku dan terkadang pula aku merasa cinta ini menenangkanku.
Aku tak sanggup lagi menantang waktu dan ia pun kini seakan menendangku keluar dari lingkarannya. Aku tersapu oleh riak-riak kesengsaraan, terlarut dalam pasangnya air laut kesedihan, terhanyut dalam penantian, tenggelam dalam ombak derita. Setelah lama tenggelam, aku pun mencoba menyelam ke dasar yang lebih dalam lagi, dimana aku mencoba merenungi apa yang telah salah dalam langkahku, lalu setelah aku sadar dan memahami makna dari apa yang telah terjadi selama ini, aku pun berenang ke tepian untuk menggapai hidup dan hati yang baru.
Hujan yang jatuh menuju bumi membasahi atap-atap hatiku dan kemudian memudarkan dinding hatiku membuatku sedikit melupakanmu. Aku merasa bahwa matahari tak akan pernah menyinariku dan sinarnya pun tak akan bisa membangkitkan jiwa yang telah tenggelam di dalam pasir derita. Cinta ini telah terpendam di tumpukan tanah perasaanku dan ditutupi oleh pohon-pohon penasaran.
Original created By : Revan aditya
RETAKAN HATI YANG TERTELAN BUMI
Bola-bola cahaya matahari bagai jutaan tombak yang menyambutku dalam kehidupan, kerikil ini pun bagai pecahan kaca yang sengaja di serakan untuk mengoyak kakiku, begitu rasaku saat waktu membawamu pergi.
Dari pori-pori kulit seakan darah ini keluar untuk mendinginkan hatiku dari terpaan matahari. Cahaya matahari mendidihkan hatiku, udara terasa menyekik leherku dan angin pun mencambukku, tak ada lagi keindahan dalam penglihatanku. Aku selalu tenggelam dalam suramnya malam.
Mata-mata malam selalu mengintipku dari jendela-jendela langit, seakan ia ingin mengetahui perasaanku yang kalut ditutupi oleh kabut kesunyian. Orang yang pernah menjadi penghuni hati telah berlalu ditelan bumi. Sayap malaikat telah menarik rohnya ke atas awan putih, dan menyembunyikan jasadnya dibalik dinding kegelapan.
Original created By : Revan aditya
HARI TERMAKAN WAKTU
Hari ini dan esok, mungkin hal ini masih terpendam, keberanianku menentang panas matahari tak seperti keberanianku ketika berbicara padamu, bibirku mengkerut, kakiku lemas dan hati serasa mau meledak ketika engkau berlalu dihadapanku.
Jejak kaki hari masih membekas dalam pikiran dan saat pertama aku melihat pun masih melekat dalam hati yang akhirnya mempengaruhi langkah-langkah dalam otakku untuk selalu menjadikanmu tujuanku.
Memang tak banyak hal yang membuatmu mengingatku, tapi banyak hal membuatku mengingatmu.
Aku berbicara padamu ketika engkau tertidur, mungkin tak terasa tapi mimpi akan menyampaikannya padamu. Teriakanku mungkin tak terdengar karena engkau berada di kejauhan tapi apabila engkau percaya maka angin akan mengantarkan teriakanku bersama isi hati padamu.
Waktu telah memejamkan hari tetapi mataku masih selalu terbuka untuk melihat kedatanganmu untuk menjemputku. Rohku masih menyatu dengan jasadku untuk menyambutmu ketika engkau datang dengan keindahan.
Begitu banyak wajah-wajah waktu yang tak kukenal menghampiriku ketika aku berjalan di lorong-lorong hari dimana aku mencarimu, dengan tetesan panasnya airmata aku berharap bertemu denganmu. Dan seketika saja tamparan angin membangunkanku dalam buaianmu.___
Bara hati tak mampu lagi didinginkan oleh malam, kini dengan cinta yang utuh aku menaruh hati padamu. Semoga engkau mampu menyejukkan hati yang telah lama terbakar dalam panggangan hari, dengan harapan diri ini takkan hangus menerima kenyataan.
Original created By : Revan aditya
TERSELIMUTI MIMPI
Takkan kubiarkan waktu melenyapkan namamu dari hatiku, takkan kubiarkan angin membawa namamu pergi dari jiwaku. Bagai derasnya hujan menangisi alam, begitu aku tanpamu.
Dirimu dan diriku mungkin seperti bau harum dan busuk serta aku yang busuk itu karena aku berasal dari biji kegelapan yang ditanam di tanah yang tandus dan tanpa setetes air kasih sayang. Sedangkan engkau dari biji cahaya yang di tanam di tanah kesuburan, yang di sampingnya ada sebuah sungai kemakmuran. Keharumanmu takkan dapat menyatu denganku walaupun sesungguhnya aku tak meminta seperti ini.
Di kehidupan, mimpilah yang memberiku semangat dan juga menjadi pelipur laraku karena di kenyataan hidup tak ada yang bisa membuatku bertahan selain engkau. Tapi apakah engkau akan hadir di kehidupan ini dan aku tahu engkau hanya akan hadir dalam panggung mimpi-mimpi.
Angin selalu menusuk telingaku dengan namamu, dilangit pun ketika aku memandang begitu jelas lukisan dirimu, cahaya matahari pun mengukir namamu di tirai-tirai hari. Kenapa mimpi selalu lebih indah dari kenyataan dan aku terus berharap walau mimpiku telah menutupi kenyataan.
Original created By : Revan aditya
AKU POHON, BULAN DAN MATAHARI
Matahari yang lahir dalam dada Tuhan selalu membangkitkan gairah hidupku, menghangatkanku kala salju kehidupan menyelimutiku, walaupun sesekali sinarnya terkadang membakar dan menghanguskan hatiku dialah cahaya yang menerangi jalanku menuju kehidupan dari kegelapanku yang menyakitkan akan tetapi saat matahari tak mampu lagi berenang di samudra langit maka ia akan tenggelam di dalam pusara waktu serta akan tergantikan oleh bulan, ketika penglihatan lemah untuk melihat kegelapan dan kejauhan, bulan yang bagaikan bidadari dari lembah pun datang menyapaku dan terkadang mencoba membekukanku.
Ketahuilah matahari dan bulanku, aku pohon ini takkan mampu bertahan di lembaran hari tanpamu, daun perasaanku akan cepat mengering, ranting-ranting jiwaku akan kurus, dan akar hatiku pun akan membusuk di jantung padang pasir serta alam menangisiku dengan air hujannya jika tak lagi bersamamu. Dengan gerakan pikiran, aku pohon ini mencoba menutup mataku untuk melihat segala hal melalui kedalaman batinku mencari rahasia-rahasia jiwamu yang tersembunyi. Telinga jiwaku akan mendengar apa yang tidak kamu katakan dan mata hatiku akan melihat apa yang tidak kamu lakukan, aku merasa ada suatu janji antara jiwaku dan tubuhmu. Kalian telah berbaik hati padaku dimana wajah matahari yang selalu tersenyum padaku serta mengisi jiwa-jiwaku dengan keharuman hidupnya dan juga membawa cahaya kedalam hati mahluk hidup lainnya. Engkau bagaikan permata yang gemerlapan di atas daun-daun penuh warna dari semua bunga.
Bulan dalam dekapan kegelapan malam, engkau telah menerangi kegelapan hatiku, matamu yang tajam memancarkan seribu kearifan dan seolah menembus jantungku dengan keindahanmu, engkau bagai serpihan perak dari samudra langit malam yang jatuh dari tenda biru langit, aku pun melihat di dalam hatimu ada cahaya sejati dari Tuhan. Pada musim semi kehidupan melalui maknamu yang tersembunyi dan arti pentingmu yang dashyat, dengan sebuah teriakan hampa, engkau telah menguasai mimpi-mimpiku, menguasai pikiran-pikiranku dan menggoda hatiku.
Diriku telah lama mendayung di padang waktu, kini daun rambutku telah menguning, ranting-rantingku pun telah mengkerut, dan akar kakiku tak mampu lagi mencari tetesan air kehidupan. Tibalah waktuku untuk memilih dengan siapa aku akan menjalani sisa nafasku.
Sesungguhnya aku ingin merasakan cahayamu secara bersamaan, tapi itu takkan pernah terjadi karena bulan dan matahari takkan pernah bersatu.
Suatu saat aku akan menemukan diriku sendiri dalam kehadiranmu. Waktulah yang akan menjawab pertanyaan dalam hatimu.
Original created By : Revan aditya
KEMARAU MENERPA HATI
Katakan padaku yang engkau inginkan dan esok akan menghakimimu dan kata-katamu akan menjadi saksi dihadapan peradilan-Nya. Ambilah apa yang engkau inginkan dariku tetapi jangan engkau rampas kecuali bagianmu yang telah ditentukan. Lakukanlah terhadapku apa yang engkau inginkan karena engkau kuasa menyentuhku. Tumpahkan darah dan bakarlah jasadku namun engkau takkan bisa melukai jiwaku atau membinasakannya. Belenggulah tangan kakiku namun engkau takkan mungkin memenjarakan pikiranku. Kulihat adam dalam pengaruh hawa dan memperbudaknya begitulah kisahku.
Aku tegak sendirian dalam perkabungan, mendesah di kesunyian seraya mendengar suara hati, aku disia-siakan dan dilemahkan cinta lantaran memburumu, dahulu hatiku berkuasa kini abdimu, dahulu kesabaranku laksana selimut hangat kini dia penyiksaku. Tiap hari ini menjadi bebanku, dirimu menyusahkanku dengan cinta, engkau dan cinta laksana kekuatan tunggal sedangkan diriku dan benda berbagi kelemahan.
Diriku dan kemalangan ada dijurang dalam. Kini tiada yang tersisa padaku selain engkau karena telah Kuingkari diriku dan meninggalkan keriaan hidup. Apalagikah yang engkau inginkan atau panggillah Sang Maut dan bebaskan diriku dari penjara hakikatMu. Lihatlah diriku kini seorang tawanan kerinduan. Aku berkata kematian lebih manis bagiku karena telah kudengar keluhan mereka dalam hasrat kerinduan. Datanglah wahai kematian dan bebaskan diriku karena bumi yang berduri mencekik bunga. Aku ingin cinta yang menguatkan bukan cinta yang melemahkan.
Kemarin aku langkahkan kaki, meninggalkan mimpi-mimpiku karena diantara kita tak ada lagi cinta yang menyatukan kita. Hari ini aku meninggalkan pula semua anganku yang selalu ingin bersamamu di taman langit dan aku sekarang hanya bisa terdiam pada waktu yang bertanya kapankah cinta kita akan menjadi nyata.
Panasnya matahari saat ini menjamah hatiku, membuat hatiku mengering dan tak ada lagi kehidupan, sekarang datang kemarau yang menerpa hati.
Oh alam raya berserta para penghuni-penghuninya, aku ingin mengutarakan semua hasratku, aku ingin berkata, aku telah di mabuk cinta karena aku meminumnya melewati batas bibirku hingga ia pun mengalir keluar menelusuri pori-pori kulitku menuju ke dadaku menembus tulangku dan membeku di hatiku tetapi aku terluka olehnya karena aku tak mampu menundukkan, menaklukkan dan mengendalikannya hingga ia pun mengoyak serta merobek hatiku untuk keluar kembali ke alamnya dan pindah untuk bergentayangan dan menyakiti hati-hati suci yang lain.
Kekasihku yang di ujung langit sana, desah nafasku yang lemah ini ingin bertanya padamu, apakah hangatnya matahari disampingmu takkan mampu mencairkan kebekuan hatimu, apakah kedinginan malam adalah teman setiamu. Apakah saat melihatku jantungmu berdetak, mungkin semua sudah terlambat meski kita menangiskan banyak airmata takkan dapat mengembalikan apa-apa. Tetapi apapun yang kukatakan janganlah menoleh atau berbalik dan jangan lepaskan tangan orang yang engkau cintai, berlarilah ke setiap pelosok dunia untuk menggapainya.
Original created By : Revan aditya
HIDUPKU ADALAH SEBUAH KISAH KESENGSARAAN
Terpaan udara terasa panas, namun cahaya matahari terasa sejuk saat engkau berdiri di sisiku. Menit itu, kekasihku menyatukan masa lalu jiwaku dengan masa depannya, dia bagai sekuntum mawar putih yang muncul dari jantung kegelapan bumi ke cahaya siang hari sedangkan diriku bagai sepatah kata yang tak bersuara di dalam pikiran malam. Hanya itu yang kusaksikan dan tak melihat apapun selain diriku sendiri yang kesakitan. Akhirnya aku tunduk kepada suatu hukum sementara yang tiada berawal dan tiada berakhir, dia adalah cinta yang perkasa, duduk di palung di dalam dadaku, cinta yang molek, di bendung dengan pakaian keramahan, keramahan yang terbaring menyusu pada payudara jiwa. Dia turun di atas diriku dari lingkaran cahaya di ketinggian dan memandangku dengan matanya, bercakap padaku dengan lidahnya. Dia menemukanku sedang tertidur di dalam kesedihan hatiku dan membisikkan rahasia menakjubkan kedalam telingaku hingga pikiranku berpaling menuju tempat kenangan namun setelah beberapa kali rembulan dan matahari bergantian mengelilingi diriku baru pikiranku bisa kembali ke alam kenyataan. Lalu ku pejamkan mataku lagi, mencoba untuk kembali ke panggung mimpi-mimpi lagi namun tak kusaksikan apapun disana kecuali wajahku dan aku memandang wajahku dan aku melihat suatu kesedihan di sana, kuperiksa kesedihan ini dan kutemukan dirinya bisu lalu hilang di antara celah-celah silaunya cahaya.
Di manakah engkau kekasih, aku mendengar dan merasakan kehadiranmu namun tak melihatmu, bicaralah dan tak seorang pun selain diriku yang akan mendengar kata-katamu karena sang malam telah membuai seluruh mahluk ke dalam tidurnya. Apakah diriku ini masih engkau ijinkan untuk bertanya, kemanakah lidahmu yang sering menyebut namaku kekasih, pikiranmu yang selalu memimpikanku, ciumanmu yang menghangatkanku kala kedinginan hari membekukan diriku serta genggaman tanganmu yang seakan tak ingin melepas kepergianku. Kemanakah perginya semua itu, mungkinkah ia terbawa sang waktu yang sombong, Apakah engkau berubah-ubah seperti zaman. Ku sujudkan tubuhku yang lemah ini dihadapanmu, ku mohon kembalilah seperti yang dulu, dimana bayanganku selalu disisimu dan menjagamu.
Apakah engkau kekasihku yang lemah, tumbal hukum manusia, engkau menderita dan penderitaanmu buah ketidaktegaranmu, tapi janganlah berputus asa, sebab di balik kerancuan dunia ini, di balik semua benda terdapat suatu kekuatan yaitu keadilan dan belas-kasihan serta cinta dan keharuan
Cinta ada dan tiada karena cinta adalah rahasia alam dan apa yang kucintai kini akan kucintai sampai akhir hidupku yaitu engkau kekasih. Karena cinta ialah semua hidupku yang dapat kucapai dan tak ada yang akan mencabut diriku dari padanya. Tak akan aku tukar duka cita hatiku demi kebahagian khalayak dan tak akan kutumpahkan air mata kesedihan yang mengalir dari tiap bagian diriku berubah menjadi gelak tawa, ku ingin diriku tetaplah manusia yang mencintai tapi apakah suatu saat aku akan dicintai pula. Kupejamkan mataku saat mengingatmu agar kenangan cinta terus ada dihati, kutenangkan jiwa saat anganku tertuju untukmu dan membiarkan waktu menggilas hari-hariku yang sepi.
Aku meneteskan air mata berharap air mata itu mampu menyucikan hatiku dan memberiku pemahaman rahasia kehidupan dan hal gaib yang tersembunyi. Setetes air mataku itu menyatukan aku dengan mereka yang patah hati dan menjadikan hidupku sebuah kisah kesengsaraan. Jiwaku menjadi teman yang melipur lara kala hari menyiksaku, menasehatiku kala kemalangan menimpa hidup secara berlipat ganda, aku terkurung dalam terali hari yang menghimpit.
Original created By : Revan aditya
FOR MY LOVE
Sayang, pernahkah engkau merasa bahwa engkau adalah salah satu dari bintang yang ada di taman langit hati yang tinggi di sana dan malam itu adalah aku dan masaku di waktu yang lalu saat kesepian mencekamku, engkau datang tiba-tiba dengan membawa berjuta cahaya dalam genggaman tanganmu lalu kau berikan pada jiwa gelapku, tanpa kau sadari engkau telah mencairkan hatiku yang telah lama beku di hamparan salju kehidupan yang begitu dingin, engkau juga telah melepaskanku dari belenggu kesunyian dan sekarang tanpaku rasa engkau pun telah menancapkan busur panah cintamu di kedalaman hatiku yang mungkin takkan pernah mampu tercabut oleh maut dan oleh apapun hingga akhir nafas dan zamanku. Oleh sebab itu ku memohon semoga setelah kita mati agar tangan Tuhan akan mempersatukan kita kembali.
Jujur ku katakan aku telah dimabuk cinta karena aku meminumnya melewati batas bibirku hingga ia pun keluar menelusuri pori-pori kulitku menuju ke dadaku menembus tulangku, membeku di hatiku dan bersemayam di jiwaku.
Sayang, aku mungkin bukan yang terindah yang pernah engkau lihat, aku mungkin bukan yang terbaik yang pernah engkau dapat, aku mungkin bukan yang kau temui dalam mimpi-mimpimu, aku mungkin juga bukan orang yang selalu ada di hatimu, tapi telah ku beri engkau semua yang kumiliki, mampukah dirimu juga memberiku segala isi dan rasa yang ada di hatimu.
Sayang, dahulu halaman hari yang ku tulis pada buku-buku kehidupanku yang di masa silam pada setiap tanggal waktu begitu penuh dengan malam-malam duka, hari yang penuh derita dan ketakutan mendapatkan tempat peristirahatan dalam istana kehampaan, aku korbankan hari-hari yang lewat dalam ruang gelap di mana yang menerangiku adalah sinar pengharapan. Aku mengisi halaman-halaman itu dengan kisah-kisah kekecewaan dan segala kesengsaraan, tetapi di ruang gelap itu aku masih sempat menegakkan patung cinta serta memujanya di lembah derita, sembari berharap di suatu waktu akan datang sesosok bidadari yang akan membebaskan aku dari rantai kehidupan dan terali hari yang membelengguku. Hari-hari itupun berlalu bagaikan hantu dan menghilang bagai awan. Tanpa terasa keinginanku pun telah terkabul, bidadari itupun telah tiba dan bersemayam pada jasadmu kekasih.
Engkau adalah bintang yang bersinar dalam jiwa gelapku, engkau adalah impian dalam gelap malamku dan engkau adalah kenyataan dalam kehidupanku. Engkau berikan sinar gaib di mataku, membisikkan lagu merdu di telingaku, serta engkau dapat menenangkan kegelisahan hatiku selama ini, akupun terseret jauh meninggalkan masa burukku, engkau menuntunku menuju goa yang dipenuhi beribu cahaya cinta dan kehidupan.
Sayang, di siang hari engkau telah menjadi matahariku yang membangkitkan gairah cintaku yang mati terkubur di padang waktu, yang tertikam oleh ketidakpastian dan dibunuh oleh kesengsaraan. Walaupun mungkin ada yang melebihimu aku takkan berpaling padanya karena desah nafasku adalah namamu, engkau begitu berarti untukku dan segalanya bagiku.
Sayang, aku amat sangat begitu menyayangimu mencintaimu dengan begitu tulus namun akupun merasa surat ini masih kurang mampu mengungkapkan dan menampung seluruh isi hati yang tertuju hanya untukmu. Jangan engkau biarkan aku kehilangan dirimu dan jadikan aku penghuni hatimu yang terakhir.
Original created By : Revan aditya
DONGENG ANGIN
Aku pun mengayuh perahu percintaan mengarungi lorong-lorong ombak waktu yang tak terukur dengannya hingga pantai kebahaagian pun telah tampak di depan mataku, akan tetapi belum sempat aku menapakkan kaki keyakinanku di pantai itu, tiba-tiba tiupan angin pertentangan menggoyahkan perahu percintaanku yang kemudian menenggelamkannya. Di saat itulah bayangan hidupku berpindah ke perahu yang lain dan membiarkanku mati tergulung ombak derita. Dia pergi dengan beribu tawa dan tak ingin lagi menengokku yang akhirnya menjadikanku sebuah bangkai demi kebahagiaannya.
Sesungguhnya pada saat aku berlayar dengan bayangan hidupku, begitu banyak hati yang mengapung dan berharap ku pungut dari lautan kesendirian. Beberapa diantaranya pun kusentuh dengan sisa-sisa tangan perasaan serta mencoba mengobati hati yang mengapung itu karena goresan pisau cinta yang tak mampu mengering. Dari kedalam jiwa kembaran hatiku pun mengamuk pada langit karena merasa cintaku untuknya telah mencair dan meluap menuju lubang-lubang hati yang lain. Kayu perahu cintanya pun mulai rapuh di resapi air-air cemburu, yang lama-kelamaan akan melubangi perahu kami. Aku pun mencoba memperbaiki perahu itu dengan segenap kayu-kayu jiwaku yang patah, sembari berharap bahwa aku masih bisa berlayar melintasi samudra waktu dan menggapai pantai kebahagiaan dengannya.
Tiba-tiba dari ujung lautan percintaan, badai perpisahan pun datang menerbangkan perahuku ke ketinggian langit yang kemudian menjatuhkan perahu itu hingga termakan lautan dan menenggelamkannya di dasar kegelapan. Dan yang tak kusangka-sangka sebelumnya ternyata kekasihku masih mampu terselamatkan oleh angin godaan yang membuatnya berpindah ke perahu rasa yang lain.
Lihat diriku hancur karena kembaran hatiku. Dahulu dia selalu memeluk tubuhku dan menangis di dadaku saat angin derita mencambuk jiwanya. Kini dibalik setiap senyumanku, aku mencoba menyembunyikan tangisan piluku. Di tawa kebahagiaanku sesungguhnya begitu banyak denyut kekosongan. Dia mengiris-iris hatiku dengan tusukan jarum-jarum kenangan yang tak mampu terlepas dari dinding pikiranku. Walau hatiku tercabik-cabik tetapi aku masih mencoba untuk hidup di hadapan kematian, karena aku menyakini bahwa angin kelupaan akan menghapus jejak kaki perasaannya dalam salju pikiranku.
Begitu lama aku tak bernafas saat tenggelam di lautan derita yang dalam dan hampir saja air-air kematian mencekik nyawaku saat kurasa takkan ada lagi darah-darah perasaan yang akan mendetakkan hatiku dan mendetikkan jam kehidupanku. Dia tega memukul wajahku dengan airmata hingga bengkak.
Air kebangkitan pun terus mengaliri sungai-sungai kekosongan. Salah satu hati yang mengapung itu kini ternyata mampu berlari menelusuri lorong-lorong hati yang gelap dan mampu terbang untuk mengangkatku dari kegelapan menuju cahaya. Hati terapung itu pun kini mencoba menjadi pelampung kehidupanku hingga setiap butiran-butiran perasaanku pun meneteskan namanya di tanah jiwaku.
Setiap pagi aku mencoba meneteskan sebuah embun kerinduan di tanah hatinya karena mungkin sesungguhnya hati terapung itu adalah bayangan jiwaku di kehidupan. Mungkin dia adalah cerminan hidupku yang abadi di alam waktu. Suatu saat bila cintaku masih berdetak, itu karena dialah denyutnya. Jika aku masih bisa merasakan hidup, itu karena dialah nafasnya. Jika aku masih mampu bergerak itu karena dialah darah yang menggerakkanku.
Wajah langit telah menjatuhkan bintang perasaan di bumi hatiku yang selamanya akan terbenam di lautan jiwaku. Jangan pernah melangkah dari perasaanku, karena malam akan menelan siang dan wajahku akan menjadi danau airmata jika dia pergi. Dia telah meracuniku dengan perasaannya dan membunuhku dengan keindahannya. Jika jam waktuku di dinding kehidupan telah habis dan mungkin wujudku tak terlihat lagi oleh mata-mata, yakinlah cintaku masih akan terasa selalu menemani setiap detak jantung kehidupannya dan detik setiap langkah waktunya, Karena angin selalu meniupkan pesona dirinya ke dalam mata, hati, pikiran dan jiwaku.
Lompatan waktu yang secepat cahaya mungkin akan menjadikan kisah ini mejadi sebuah dongeng yang akan terus mengalir hingga angin kelupaan pun akan menghapus kisah ini dari catatan waktu.
< August, 03-08-09 >
Original Created By : Revan Aditya
Senin, 28 September 2009
PELACUR HATI
Dahulu engkau merasa memiliki ladang hati, dimana saat panen buah-buah cinta selalu engkau petik dan selalu engkau hisap sampai menguap serta tak memperdulikan orang yang mencoba menanam dan menumbuhkan rasa-rasa itu hingga berbuah menjadi cinta, begitu seenaknya engkau memetik serta merampasnya dari aku dan mereka.
Disetiap lekukan hatimu kini tertera harga-harga yang dapat dibeli oleh manusia-manusia penjilat rasa, keindahanmu pun lebih suram dari pohon-pohon angker di neraka. Bau busuk dari bangkai-bangkai buah-buah cinta yang dulu engkau nikmati hingga mati itu akan menusuk-nusuk hidungmu hingga engkau mati tercekik oleh udara.
Engkau dahulu tertawa terbahak-bahak hingga batuk saat menginjakku engkau pun masih tega menendangku. Air perasaanku pun membanjiri sungai hatiku saat mengetahui rasa itu bukan hanya untukku, tapi buat dia dan mereka. Begitu banyak rasaku yang telah engkau kuras dari sumur jiwaku yang kini telah mengering demi terpuasnya ambisimu menghancurkan sarang pecinta. Kini aku, dia, mereka bahkan mungkin penghuni neraka pun telah mengetahui kisahmu yang amat sangat menyedihkan tetapi sesungguhnya membuat kami tertawa.
Duhai pelacur hati mengapa engkau masih menggangguku, bukankah engkau bahagia karena lebih memilih langit dibanding tanah yang sesungguhnya jika engkau sadar bahwa jika terpeleset sedikit saja maka engkau akan jatuh dari ketinggian serta akan membuatmu merasakan perih jiwa dan raga yang berlipat ganda.
Ribuan mata telah kupasang di dinding waktu untuk melihat langkahmu, tak kusangka angin pun kini dapat merobek-robek kulitmu. Engkau bagai pohon-pohon tumbang yang lemah karena rayap-rayap penjilat telah menggerogotimu.
Aku dan mereka mencoba memandangmu dengan kedua mata tetapi ternyata hanya sebelah mataku yang mampu melihatmu. Engkau mencoba menghibur hatimu dengan berkata,”aku tak peduli apa kata mereka” yang sesungguhnya hatimu berkata “mengapa mereka begitu padaku”.
Pelacur hati, engkau memandang cinta akan tumbuh dengan kilauan cahaya harta yang akhirnya membuatku ingin menancapkan jarum harta itu dibibir busukmu agar engkau telan. Manusia-manusia penjilat rasa itu hanya akan mengambil sisa-sisa madumu untuk mengisi waktu mereka dan setelah itu akan membuangmu lagi ke tong sampah kehidupan.
Matahari telah berganti bulan, kekejaman rasa yang dahulu engkau persembahkan kepada aku dan mereka kini memantul melalui cermin waktu menuju jantung kehidupanmu serta engkau akan sekarat dengan jutaan luka perasaan. Hujan kata-kata yang engkau jatuhkan dahulu telah meretakkan atap perasaanku dan sayatan lidahmu membuat cacat hatiku.
Kini sebelum engkau binasa dibakar waktu dan dirobek-robek angin aku mohon jangan mengusik tenangnya danau kehidupanku dan mereka karena aku bukan boneka yang dapat engkau kendalikan dengan tangan-tangan perasaanmu.
< August, 25-08-09 >
Original Created By : Revan Aditya
Senin, 29 Juni 2009
ROH PERASAAN
Aku merasa berarti karenanya dan dia sangat berarti buatku karena dialah bunga abadi yang tercipta dari gurun perasaanku. Dia adalah kembaran hatiku dalam tuhan, hingga seakan segala hal di alam luas ini ada dalam dirinya bersamanya dan untuknya.
Sesungguhnya cintaku padanya lebih dari yang dia tahu dan bayangkan meski dia mungkin takkan pernah tahu, cintaku padanya lebih berat dari gunung-gunung, setinggi bintang sehangat bulan dan sedalam lautan terdalam di bumi. Dia adalah cinta yang tumbuh di dalam hati, dialah rasa abadi yang bersemayam di jantungku dan bidadari alam kehidupanku.
Telak kucium kaki bumi, telah kuterima tamparan angin, kutundukkan diriku di hadapan langit, kusujudkan hatiku di hadapanmu dan mencoba menterjemahkan kata-kata yang melekat di matamu tetapi ternyata masih kurang mampu menaklukkan roh perasaanmu yang selalu ruang bergentayangan di ruang pikiranku, yang selalu menghatuiku kemana pun ragaku pergi sesungguhnya pesona keindahannya telah terkubur di hamparan salju putihnya cintaku.
Dalam nafasnya mengalir nada-nada yang bercahaya sehingga ketika dia berucap setiap perkataannya mampu menuntunku keluar dari kegelapan kehidupan. Ketika dia datang maka bunga di seluruh ladang akan membuka matanya untuk melihat matahari, akan tetapi jika dia pergi maka takkan ada lagi musim semi di hatiku.
Engkau telah menanamkan cinta untuk tumbuh dihatiku serta menyelimuti mataku dengan keindahan wujudmu sehingga kilauan alam semesta pun engkau kalahkan dalam pandanganku.Engkau bagai roh yang tak tinggal dimana pun tetapi engkau dapat berada dimana pun.
Salju itu kini terbakar panas matahari,tak ada lagi keseimbangan didunia jiwaku saat engkau pergi meninggalkan tanpa perasaan yg membuat awan hitam di seluruh langit hatiku sehingga hujan airmata pun berguguran membasahi tanah retak di taman cintaku.perpisahan itu bagai gempa yang memporak-porandakan rumah-rumah hati yang telah kubangun dengan pengorbanan waktu.
Lukisan dirimu masih terpasang di dinding jiwaku,cahayamu pun masih dapat kurasakan menyinari ruang gelap di hatiku,jejakmu pun masih membekas di putih salju cintaku karena engkaulah ROH PERASAAN yg selalu bergentayangan di alam pikiran dan dunia cintaku!!!
Selasa, 16 Juni 2009
PATUNG WAKTU
Hidup tak harus di akhiri kematian dan patah tak berarti rapuh atau lunturnya kekuatan rasa kehidupan. Sendiri berarti kita bisa merenungi hal-hal yang membuat kita sendiri dan menjadikan kita hidup tanpa selalu harus menggantungkan mimpi-mimpi kita agar dibuat nyata oleh orang lain. Kelemahan pemikiran kita akan muncul pada hari yang gelap, rasa yang pudar, mata yang redup, lidah yang lembek, hati yang rapuh karena termakan rayap-rayap waktu. Saat itulah kekuatan jiwa akan di uji dengan sapaan-sapaan wajah-wajah hati dan jika tak mampu membendung pancaran godaan-godaan sesat maka penghiatan rasa akan terjadi serta kita pun akan tega mengorbankan warna hati terdahulu yang menemani kita menjalani tapak-tapak kehidupan.
Tuhan telah memalingkan hatinya menjadi batu hitam membuat aku mengalami kebisuan total saat badai salju memberiku perasaan kesepian, tidur dalam ketakutan mengikuti menit-menit kebisuan yang dalam. Sering diriku membelalakkan mata dan mencari-cari apa arti dari kesendirian ini. Hidup tanpa kembaran hati tak menjadikan aku harus merasakan sunyi karena masih banyak jiwa-jiwa yang di gantung di dinding langit yang senatiasa berkilau serta menyinari kesendirianku. Hati yang tunggal adalah takdir perasaan, karena rasa itu muncul dan pasti akan lenyap lagi yang kemudian ketika ia pergi akan membekaskan lubang seluas gurun di hati, dan kenyataan itu membuat jauh mimpi-mimpi kita. Luka yang membekas itu takkan pernah sembuh oleh waktu tapi akan berakhir dengan kelupaan pikiran akan sakit itu.
Kehampaan mungkin adalah takdirku, terlahir bersama dengan jiwa-jiwa yang tercabik, tangisan yang melumuri hati, kekeringan di laut kehidupan dan menyatu dengan kegelapan waktu serta dibekukan oleh angin perasaan adalah hal yang sering kutenguk bersama pahitnya kenyataan.
Aku menyeru pada waktu yang berlalu yang di selimuti roda kekejaman, suara jiwaku akan menyampaikan isi pemikiranku kepada mereka yang tenggelam dalam pemikiran dengan gelombang yang tak terlihat bergetar dari dawai-dawai jiwaku menuju langit pemikiran yang dibawa oleh angin yang akan menusuk hati-hati yang beku di dada alam.
Mimpi-mimpi kosong lenyap bersama gelembung-gelembung di sungai bertebing-tebing, dedaunan musim gugur yang berjatuhan di dalam jantung bumi, warna hati yang lenyap dalam asap kelupaan, telah mengosongkan rasa yang ada di tabung hatiku serta apapun yang terjadi kini takkan dapat mengusik suburnya pikiran jiwaku. Aku akan menjadikan langit yang maha luas ini sebagai selimutku saat angin kesepian menjamahku serta bunga-bunga di padang kehidupan ini sebagai tempat peristirahatanku. Alam akan menyapaku sebagai salah satu miliknya.
Raga adalah rahim bagi kedamaian jiwa dan didalam rahim jiwa bersemayan cahaya yang membara. Angin sepoi-sepoi yang bersukaria membawa sukacita kepada hati yang menderita dan kesedihan hati hanyalah merupakan impian-impian fantasi yang berlalu dengan cepat bagai air sungai yang mengalir deras, di taman cahaya ini kesedihan akan lenyap bagai daun-daun musim gugur yang bertaburan pada permukaan air sungai dan hati akan tenang bagai telaga luas yang berair tenang di bawah cahaya mulia Tuhan. Jangan biarkan hidup ini bagai patung yang diam saat terlindas waktu…Move Guys and Don’t Give UP!!!
PERCAYALAH KITA TAKKAN SELAMANYA SENDIRI JADI NIKMATILAH KESENDIRIAN ITU SAAT MASIH SENDIRI…
Original Created by : Revan Aditya 15, June 2009
Jumat, 05 Juni 2009
RASA TAK BERBENTUK (Lupa Daratan)
Perasaanku yang dulu kuat bagai batu untuknya kini telah menjadi lumpur yang sangat becek dibuatnya, lemah dan tak berarti. Aku berikan semua yang dikehendaki olehnya tapi kemudian setelah aku lumpuh, dia masih tega mengiris-irisku kemudian menikamku dengan kata-katanya, tak berartikah semua yang telah kuberikan untuknya.
Angin terlalu tinggi membawanya ke angkasa kini, tapi tak sadarkah ia bahwa ketika ia semakin tinggi dan kemudian ia terjatuh maka ia akan merasakan sakit yang amat sangat karena jatuh dari ketinggian langit tertinggi. Ia kini buta akan tanah yang telah membuatnya hidup, lupa akan air yang membuatnya tumbuh, lupa akan rasa yang telah memberinya kebahagiaan. Ia kini merasa mampu berpindah seenaknya dari satu hati ke hati yang lain dan melupakan kisah-kisah yang membuatnya sangat berarti dahulu. Apakah ia bagai patung yang tak memiliki rasa kini.
Matahari tak sehangat dahulu, ia pun yang dulu mulia kini lebih jahat dari segala mahluk. Rasa, jiwa, hati, mata, telinga, mulut ataupun lidahnya tak lagi menyinarkan kejujuran bahkan nafasnya pun tak harum lagi. Mengapa ia sangat berubah dari yang ku kenal dahulu, mengapa ia terlalu murah untuk mengumbar rasanya, mengapa ia terlalu mudah untuk dimiliki. Menyesallah sebelum penyesalan menjemputmu.
Mata ini terlalu perih untuk melihat kenyataan hari ini, telinga ini pun sakit mendengarkan cerita duka dunia ini, hati ini pun luka mengetahui rasa yang sebenarnya, semua gerakan lidah tertuju padanya. Tak tahukah dia bahwa musuh tak selamanya musuh dan sahabat tak selamanya abadi karena roh ini pun takkan selamanya melekat di raga ini.
Semua dibawah langit seakan dapat ditaklukkan olehmu, sesungguhnya jika engkau sadar bahwa hati-hati yang mengisi hatimu kini tenyata terlalu cepat melupakanmu setelah menghisap sari yang ada dihatimu, itu karena mereka cuma menginginkan kenikmatan yang kemudian menjadikanmu sampahnya dan itu terjadi karena mereka cuma mejadikanmu mainan dari rasa-rasa mereka. Tak pernahkah engkau sadari arti hadirku disini yang menawarkan sejuta warna hati, menyuguhkan kepercayaan cinta sejati, dan mencoba memberi kenyataan dari mimpi-mimpimu. Aku telah berusaha dengan amat sangat merubah diriku seperti keinginanmu demi kesenaganmu, tapi engkau justru mengangapku tak ada seperti asap, seakan tak berarti seperti bayangan, tak menghiraukanku bagai angin lalu.
Kita lahir dari dada Tuhan yang ditelurkan oleh jiwa alam, kita merangkak bersama, berjalan bersama tetapi saat engkau berlari meninggalkanku begitu jauh dan kemudian hari yang kejam itu pun memisahkan kita dan menyesatkanmu. Kenangan yang tertangkap di dinding hari yang telah kita lalui tak mampu menyadarkanmu akan cinta yang begitu tulus ini. Lupa, lupa dan lupakah engkau akan semua cerita dahulu, buta, buta dan butakah engkau akan kegemerlapan cinta-cinta sesaat dan hati-hati yang palsu serta rasa-rasa yang semu. Jubah impian belaka itu terlalu tinggi menutupi pandangan jiwamu.
Kata-katamu terlalu tajam merobek hatiku, sikapmu terlalu dalam menusuk jiwaku, cintamu terlalu mengoyak-ngoyak pikiranku. Engkau membuatku sakit tapi tak dapat membunuhku dan aku tak ingin engkau menjadi penguasa raga maupun pikiranku. Namun kesakitan parah itu merubahku kini serta engkau yang membuatku harus melupakanmu.
Walau hatiku mungkin takkan pernah lagi dapat engkau miliki tetapi aku akan selalu ada untukkmu. Yakinlah bahwa aku akan tetap menyayangimu dan takkan melupakan hati yang dahulu mengisi kebahagiaanku.
Melalui jendela langit aku ingin selalu melihatmu… melalui angin aku ingin selalu mendengarmu… melalui sinar matahari aku ingin selalu mengetahui rasamu… melalui bau hari aku ingin engkau tahu bahwa jiwaku masih milikmu karena Angin itu telah menerbangkan hatiku ke rasa yang lain.
< June, 06 2009 >
Original created by : Revan Aditya
Selasa, 19 Mei 2009
TRANFORMASI HATI (Kesadaran yang Harus di Bayar Mahal)
Dia kekasih yang membuatku menagisi beribu-ribu tahun hasrat hatiku, beribu-ribu tahun laparnya jiwaku. Dia seseorang yang jiwaku mencintainya sebelum waktu di mulai. Dia adalah keindahan dalam tidurku, aku menyimpan suara hatinya yang mungkin akan berteriak bahkan dalam tidurku. Kekasih, dengan meninggalkanku sendirian disini berarti engkau telah mengubah kebahagianku menjadi derita yang berlipat ganda.
Ini kesadaran terhadap mimpi tentang kehidupan dan cinta, walau aku tahu tidak ada mimpi disini dan tidak ada kesadaran disana, semua hanyalah bayangan dari yang nyata. Banyak kabut bergelayutan disini, musim semi yang menghiburku, pohon-pohon itu menangis untukku, hati ini tertutup oleh tirai kesedihan, mengembara dalam kebisuan, dan aku mencoba tegak berdiri walau dibelai oleh kesengsaraan.
Banyak cahaya aneh yang memasuki matamu yang membuatmu buta akan aku, suara-suara gemerlap yang merubah pemikiranmu padaku, rasa-rasa hampa yang menipumu. Engkau lebih memilih nyata yang kemudian hampa dibanding bayangan yang akan menjadi nyata. Kenyataan tentang kisahnya yang telah terjadi ini amat sangat begitu meremukkan tulang-tulang hatiku, kejujuran itu amat sangat begitu pahit di jiwaku, mengapa engkau melakukan ini padaku yang sesungguhnya diluar kemampuanku. Tuhan cobaan ini amat begitu berat melebihi berat gunung-gunung dan dunia yang engkau ciptakan untukku. Dia mengambil kehidupanku dari kekasihku, dia membunuhku melalui kekasihku, iblis keriting itu telah merenggut kekasihku dan aku ingin mengikuti serta mengantarkannya menuju kuburan, kekasihku menjadikan aku tumbal demi terpuasnya kebahagiaannya. Dia telah memberiku kehidupan hingga dia memberiku kematian.
Sesungguhnya aku ingin memberontak melawan kehidupan dan waktu, walau aku tahu semua itu takkan mengubah musim gugur hatiku menjadi musim semi kembali.
Aku mempercayai kekasihku melebihi kepercayaan terhadap diriku sendiri dan dunia ini tapi kepercayaan ini bagai injakan gempa yang kemudian diterbangkan tiupan topan dan ditelan mulut lautan yang akhirnya meluluh lantakkan menara jiwaku, kertas putih itu kini ternodai tetesan tinta darah, seluruh panca inderaku seakan lumpuh dan beku, udara ini mencabik-cabik kulitku serta mencekik leherku saat aku tahu kisah sebenarnya tentang dirinya karena apa yang terjadi takkan pernah dapat di ulangi atau pun diperbaiki. Ternyata saat aku meninggalkan kekasihku rasanya telah lapuk dimakan waktu dan kekasihku tak kuat menahan godaan itu.
Aku datang padanya mendaki bukit-bukit kerinduan, terbang melintasi puncak-puncak gunung mimpi, menembus angin-angin yang tertawa dalam bulu-buluku, menyelami lautan kegelisahan demi untuk menemuinya tapi dari mulutnya yang busuk dipenuhi ulat-ulat kebohongan dan kepalsuan yang mengotori giginya keluarlah kata-katanya yang bagai meriam melubangi dadaku dan suaranya laksana tombak tak terhitung yang menuju tepat di jantung kehidupanku.
Kini dalam tidurku aku tak dapat lagi bermimpi, dalam mataku tak kudapati lagi keindahan dan aku terhimpit diantara wajah-wajah yang terbungkus. Bersamanya, banyak kehidupan yang tertangkap pada dinding-dinding kenangan yang membuatku menjadikannya kembaran hatiku.
Langit pun akan berbicara pada bumi, kekasih dengarkanlah aku dengan hatimu, janganlah engkau berbicara padaku tanpa menampakkan dirimu, jangan engkau menatapku seolah engkau melihat seseorang yang lain dalam diriku. Cabutlah pisau kebencian yang engkau tancapkan di ragaku, jangan biarkan darah yang panas ini mengalir memandikan tubuhku. Cukuplah nafas ini tercekik berjuang melewati tenggorakanku, hentikanlah perih yang mengoyak-ngoyak rasaku, jangan engkau menusukku lagi dengan rasa terbagi itu sehingga membuatku mengalami penderitaan tubuh dan jiwa.
Sesungguhnya jika engkau sadar, kita adalah dua jiwa yang dibungkus dalam satu jiwa. Bila bukan karena kehausan dan kelaparan hatiku padamu, aku tidak akan mencari atau menemuimu. Jangan buat hatimu lebih keras dari batu, seharusnya kita sadar dan bangkit dari kelalaian hidup ini. Jangan biarkan rasa itu lenyap bagai uap,
Dengan bisikan penuh harap yang hampir tak terdengar, aku akan mengetuk pintu-pintu jiwamu dengan tangan keyakinan karena engkau menguasai mimpi-mimpiku, pikiran-pikiranku dan menggoda hatiku melalui makna yang tersembunyi dan arti pentingmu yang dahsyat, engkau menembus jantungku dengan matamu yang indah. Jadikan aku cinta yang ditanamkan di pelupuk matamu dan aku tidak akan meninggalkanmu selama aku masih hidup. Ketahuilah Mata alam semesta akan selalu melihat kita dan perjalanan waktu akan membuktikannya.
SEJUJURNYA HAL INI TERLALU SAKIT UNTUK KURASAKAN DAN KU CERITAKAN
KARENA IBLIS KERITING ITU TELAH MERENGGUTNYA DARIKU
TUHAN KUATKAN AKU MENERIMA KENYATAAN YANG GELAP INI
DEMI RASA YANG DALAM INI AKU MENERIMA KEADAANNYA
AKU PERGI UNTUKNYA DAN DATANG KARENANYA
Original Created By : Revan Aditya
Selasa, 12 Mei 2009
(BIDADARI) YANG TERLUPAKAN
Angin telah mengiris-iris hatiku, bagai seribu pisau yang menancap di tanah yang di jatuhkan dari langit. Perih Membuatku luka tapi tak melukaiku, menyakitiku tapi tak membunuhku, menyesakkanku tapi tak membuatku diam.
Aku dan dia adalah kisah yang sering di hujani mulut-mulut pencemburu, yang ternyata kini mulut ini mampu meruntuhkan istana yang ku bangun dengan kepercayaan dan kesetiaan. Matahari itu kini tak dapat menyinariku lagi akibat pohon-pohon yang lain telah meninggi dan menghalangiku dari sinarnya.
Dunia telah membuatku lupa, lupa akan rasa yang telah diberinya, rasa yang di jatuhkan dari keindahan malam yang dititipkan pada bintang yang datang padaku melalui bidadari yang membentuk dirinya. Ada wajahnya dalam ingatanku yang menjadi duri dalam mataku hingga aku takkan mampu menutup mataku tanpa melepasnya dari benakku. Namun bidadari yang datang padaku bukanlah milikku apalagi untukku walau dia pernah ada bersamaku. Banyak catatan hari yang membuatku akan selalu mengingatnya, catatan yang dulu kelam akan kelam kembali tanpanya, hari yang dulu hitam akan kembali hitam tanpanya.
Inilah kemarau yang menerpa hati yang di porak-porandakan topan yang dikeringkan matahari dan dihancurkan waktu.
Aku ingin ada dia, tapi dia tak akan pernah ada lagi karena dia tercipta bukan untukku. Engkau menutup mata dan menulikan telinga untuk melupakanku dan aku pun akan menghapus pikiranku untuk melupakanmu.
Kehancuran menyadarkanku pada arti rasa memiliki, memahami dan mengasihi. Cintaku takkan pernah dapat memiliki apa yang tak ditakdirkan padaku.
DATANGLAH PADANYA DAN AKU AKAN KEMBALI KEPADA-NYA
TERIMA KASIH TELAH MEMBUATKU MENGINGAT KEBERADAANMU
Original Created By: Revan Aditya
LILIN BERCAHAYA HITAM
Mata-mata yang muncul di jendela langit kini tak pernah berkedip menatap deritaku, mulut-mulut angin tak pernah berhenti untuk menyejukkan bara hatiku, telinga-telinga waktu tak pernah mau melewatkan curahan perih jiwaku, aku berada di tengah-tengah kematian dan kehidupan karena kelakuannya, mati atau hidupkah aku, tubuhku beku tapi jantungku utuh.
Dahulu malaikat itu memohon padaku waktu dan aku memberinya waktu. Apakah ketika waktu itu ku minta lagi, malaikat itu akan memberiku waktu pula.
Malaikat itu kini menampakkan wujud asli dirinya, malaikat yang ternyata jelmaan dari kegelapan yang kusangka keindahan. Di telah mengiris luka di tubuhku yang perlahan pasti akan membunuhku. Malaikat yang kuharapkan menjadi penuntun dan penjaga hatiku tapi justru menggelapkan langkahku, mengaburkan mimpiku, yang tega mendorongku kedalam jurang kehancuran, menjerumuskanku ke lubang derita, meninggalkanku di ruang kehampaan dan membuatku terperosok dalam kegelapan.
Malaikat yang seharusnya tercipta dari cahaya bahagia, kapankah engkau akan mengembalikan sumbu yang telah kau cabut dari lilin yang ada di kedalaman laut jiwaku. Tanpa sumbu itu hidupku hanya akan menjadi lilin yang tak hidup dan tak mati, yang tak pernah dapat bersinar lagi.
ENGKAU TELAH MENENGGELAMKANKU DI DARATAN SAMUDRA TANPA RASA
Original Created By : Revan Aditya
TEMBOK PENASARAN
Siapakah engkau yang mengendalikan perasaanku dari balik tembok penasaran……… siapakah engkau yang telah berbicara padaku tapi tak pernah aku temukan…….. aku menulis pada halaman kehidupan dengan tinta tetesan airmata, tentang penyakit cinta yang membuatku terpuruk dan bersama tombak waktu yang sebentar lagi akan membunuhku…….
Engkau berbicara dengan bahasa yang tak kumengerti, sehingga aku tak bisa langsung menyentuhmu, tetapi hanya bayanganmu yang dapat kuraih. Langit yang bisu inilah menjadi saksi.
Aku ingin memadamkan cahaya matahari, aku ingin memerahkan salju, aku ingin mendaki hujan, aku ingin menangkap angin….. tapi semua takkan pernah terjadi, seperti aku yang mungkin takkan pernah bisa menyentuh hatimu, memeluk jiwamu...
Aku selalu merindukanmu di bangunan waktu, di retakan dinding kehidupan, di ceceran air harapan….dan tak pernah ada madu kebahagian yang menghinggapi bunga jiwaku.
Pagi aku melihatmu, malamnya aku merindukanmu, apapun yang terjadi aku ingin menceritakannya padamu… apa yang aku lihat aku ingin membelikannya padamu……..
Aku ingin menghabiskan waktu disisimu, setelah kita bosan hidup
Kau akan kutemukan walau akan melampaui waktu....